Persepsi Resiko Dalam Hubungan Kausal Antara Kecederungan Penggunaan Internet Dengan Kesediaan Nasabah Untuk Menggunakan Fasilitas Internet Banking Dan Sistem Pembayaran Online

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari persepsi resiko terhadap kesediaan nasabah untuk melakukan layanan internet banking dan pembelian online, serta untuk mengukur apakah pengalaman dan kecenderungan menggunakan internet memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kesediaan nasabah untuk menggunakan fasilitas online banking dan pembayaran online. Ada beberapa hal yang mempengaruhi kesediaan konsumen dalam menggunakan layanan internet banking antara lain adalah bahwa factor kecenderungan menggunakan internet dan faktor pengalaman menggunakan internet memiliki pengaruh yang positif terhadap kesediaan nasabah untuk menggunakan fasilitas internet banking. Persepsi resiko dalam menggunakan fasilitas layanan internet banking memiliki pengaruh yang negative terhadap kesediaan nasabah dalam menggunakan fasilitas internet banking, karena penggunaan media internet tentu saja memiliki beberapa macam bentuk resiko yang tentu saja dapat diterima konsumen. Faktor kecenderungan menggunakan internet dan faktor pengalaman menggunakan internet memiliki pengaruh yang negative terhadap persepsi resiko dalam kesediaan nasabah untuk menggunakan fasilitas layanan internet banking. Apakah persepsi resiko memiliki peran mediasi dalam hubungan antara kecenderungan menggunakan dan pengalaman menggunakan internet dengan kesediaan nasabah untuk menggunakan fasilitas internet banking merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Penelitian ini menggunakan model dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kuhlmeier dan Knight (2005). Kesediaan untuk menggunakan jasa layanan internet banking merupakan suatu bentuk peluang untuk perkembangan E-Commerce, khususnya di Yogyakarta, Indonesia.

Pendahuluan

Dalam persaingan bank yang sangat ketat, faktor keputusan nasabah menjadi perhatian yang serius. Masing-masing bank mempunyai pengungkapan yang beraneka ragam untuk memberikan segala sesuatu yang eperti apa yang diharapkan, seperti “Nasabah adalah raja”, “Keputusan konsumen adalah tujuan kami”, dan sebagainya. Inovasi pengembangan sistem layanan perbankan dewasa ini banyak dilakukan dengan memnggunakan bantuan teknologi informasi. Penggunaan teknologi informasi memberikan berbagai macam kemudahan, fasilitas, dan layanan bagi nasabah. Pihak perbankan harus segera dapat menyesuaikan diri dengan menerapkan sistem operasi perbankan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi dalam memberi layanan bagi nasabahnya. Selain itu, layanan dengan menggunakan fasilitas teknologi informasi harus didukung oleh kemampuan pihak perusahaan untuk menciptakan suatu program yang mudah untuk digunakan nasabahnya (user frienly). Salah satu layana perbankan yang digunakan fasilitas teknologi informasi adalah online banking dalam melakukan kegiatan pembayaran secara online, atau internet banking. Internet banking merupakan probosan baru dalam dunia perbankan yang diberikan perusahaan jasa perbankan untuk melayani transaksi keuangan nasabah secara online, baik itu transaksi dengan menggunakan kartu kredit, kartu debit, dan transfer keuangan secara online melalui internet banking (Mäenpää, 2006:304).

Kemampuan suatu perusahaan jasa perbankan untuk memberikan layanan internet banking yang baik akan menurunkan resiko dan akan memberikan konstribusi positif dalam meningkatkan penggunaan jasa layana internet banking dalam setiap transaksi keuangan yang dilakukan oleh nasabah. Penggunaan jasa layanan internet banking diyakini akan memberikan lebih banyak manfaat dan kemudahan bagi nasabah maupun bagi perusahaan dibandingkan jika menggunakan sistem transaksi keuangan yang konvensional.

Information Technology

Teknologi informasi memiliki peranan penting dalam perekayasaan sebagai besar proses bisnis. Kecepatan, kemampan pemrosesan informasi, dan konektivitas komputer serta teknologi internet dapat meningkatkan efisinsi proses bisnis. Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (seperangkat alat keras dan lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan yang mencakup teknologi informasi untuk mengirimlan informasi. Teknologi informasi secara de facto sudah menjadi landasan untuk melakukan bisnis.

Theory of Reason Action (TRA)

Theory of Reason Action dikembalikan oleh Fishbein and Ajzen (1975) yang membantu para peneliti untuk memahami dan memprediksi sikap dan perilaku individu (Davis at al., 1989:17). TRA telah berhasil memprediksi dan menjelaskan perilaku pada berbagai wilayah kajian. Teori tersebut paling sering digunakan sebagai model teoritis dalam sistem informasi. Kinerja seseorang mengenai perilaku tertentu ditentukan oleh tujuan untuk menjalankan prilaku, dan tuuan tersebut ditentukan oleh sikap dan norma subyektif (Davis et al., 1989:18). Beberapa faktor tertentu dalam menetapkan perilaku penerimaan teknologi, antara lain: behavioral intention untuk menetapkan perilaku, apabila behavioral intention digabungkan dengan sikap atau attitude dan kaidah norma atau subjective norm.

Theory of Planned Behavior (TPB)

Menurut Hermana (2005:22) TPB merupakan perluasan dari TRA dengan penambahan variabel perceived behavioral control-selain perilaku dan norma subyektif, untuk menerangkan situasi dimana individu tidak memiliki pengendalian terhadap perilaku yang diinginkan (Azen, 1991, seperti yang dikutip oleh Chau dan Hu (2001:53). Menurut King (2003:8) penelitian menurut adopsi teknologi yang sudah menggunakan TRA dan TPB sebagai model teoritisnya, tettapi TRA lebih umum digunakan. Chau dan HU (2001:53) menggabungkan TPB dengan TAM. Variabel pengengaliannya diukur dengan 3 indikator yaitu menggabungkan TPB dengan TAM. Variabel pengengaliannya diukur dengan 3 indikator yaitu kemampuan, pengetahuan, dan sumberdaya yang dimiliki.

Technology Accepance Model (TAM)

TAM yang diperkenalkan pertama kali oleh Fred D. Davis pada tahun 1986, adalah adaptasi dari TRA yang dibuat khusus untuk pemodelan penerimaan pengguna terhadap sistem informasi. Menurut Davis (1989:11), tujuan utama TAM adalah untuk memberikan dasar untuk penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap, dan tujuan pengguna. TAM menganggap bahwa 2 keyakinan, yaitu persepsi manfaat (perceived usefukness, disingkat PU) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use, disingkat PEOU), adalah pengaruh utama untuk perilaku penerimaan komputer. Pada umumnya penguna teknologi akan memiliki persepsi positif terhadap teknologi yang disediakan. Persepsi negatif akan muncul sebagai dampak dari penggunaan pernah mencoba teknologi tersebut. Artinya persepsi negatif berkembang setelah pengguna pernah mecoba teknologi tersebut atau pengguna berpengalaman buruk terhadap pengguna teknologi tersebut. Sehingga model TAM dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan upaya-upaya yang diperlukan untuk mendorong kemauan menggunakan teknologi.

0 comments:

Post a Comment